Tanah Kita (Masih) Gersang

“………..…..mengapa tanahku rawan kini

bukit-bukit pun telanjang berdiri…….....”

Penggalan lirik lagu dari Gombloh di atas seakan menampar wajah kita dari kealpaan kita sabagai seorang manusia. Sebagai seorang seniman, Gombloh telah mencoba mengingatkan kita bahwa setiap interaksi sosial manusia, bagaimanapun bentuknya, mau tak mau akan selalu bersinggungan dengan lingkungan.

Selama ini, banyak tindakan yang diambil pemerintah untuk menghijaukan kembali lingkungan yang selama ini tergerus oleh modernisasi maupun “betonisasi” yang dilakukan oleh kaum-kaum kapitalis. Upaya-upaya pemerintah dalam mengembalikan “tanah hijau” dalam sebuah bangunan peradaban manusia memang patut mendapat dukungan dari seluruh lapisan masyarakat.

Masalah penghijauan memang telah menjadi salah satu permasalahan yang selalu menjadi masyarakat. Namun yang jadi pertanyaan, mengapa tindakan-tindakan reboisasi yang dilakukan itu hanya mampu membawa perubahan yang bersifat jangka pendek saja?

Dalam sebuah kehidupan, manusia seringkali mengesampingkan faktor lingkungan sebagai salah satu unsur penting dalam kehidupan. Seperti yang selama ini terlihat, manusia baru sadar ketika alam memberi jawabannya atas segala perilaku manusia terhadap lingkungan. Tindakan-tindakan antisipatif pun segera diambil. Reboisasi, yang selama ini menjadi sebuah jaminan penanggulangan atas segala permasalahan mengenai kerusakan lingkungan pun tidak berdaya mencegah kerusakan lingkungan yang lebih parah.

Seperti yang kita ketahui bersama, sebagian besar permasalahan yang datang dalam kehidupan ini berasal dari manusia itu sendiri. Begitu pula dengan masalah lingkungan yang makin hari kian parah. Sesungguhnya, untuk mengatasi masalah gundulnya lahan bukanlah suatu hal yang rumit. Laku budaya manusialah sesungguhnya yang menjadi permasalahan yang paling mendasar dalam mengantisipasi tergerusnya lahan/lingkungan yang ada.

Penghijauan di lingkungan sekolah

Kesadaran dalam menjaga lingkungan harus mulai ditanamkan kepada masyarakat, mulai dari tingkat sekolah. Usaha-usaha untuk membangun kesadaran untuk mencintai lingkungan memang bukan sesuatu yang mudah untuk dilaksanakan. Sebagai upaya yang paling sederhana, penghijauan di lingkungan sekolah dapat dijadikan awal untuk menumbuhkan rasa cinta itu.

Untuk memupuk rasa cinta kepada lingkungan, keikhlasan dan komitmen harus menjadi unsur pendamping untuk mewujudkannya. Implementasi dari perwujudan cinta terhadap lingkungan itu dapat diwujudkan dari hal yang paling sederhana, seperti membuat taman/kebun sekolah di tiap-tiap kelas, dengan membebankan tanggung jawab dalam merawat, menjaga dan mencintai taman/kebun tersebut kepada kelas masing-masing. Perilaku seperti ini, meskipun sangat kecil, akan membawa dampak dalam pembentukan jiwa untuk mencintai lingkungan pada diri masing-masing siswa.

Upaya-upaya untuk menumbuhkan mental mencintai lingkungan di lingkungan sekolah juga harus didukung dan melibatkan dewan guru serta warga sekolah lainnya. Keikutsertaan dan peran aktif seorang guru, secara tak langsung akan membangkitkan gairah dan semangat para siswa untuk lebih meningkatkan kreatifitas dan sifat kompetisi dalam membentuk dan menciptakan taman kelas yang asri dan indah.

Sebagai sebuah tempat interaksi sosial, sekolah seharusnya dapat menjadi tempat pengembangan mental siswa yang bernaung di bawahnya untuk tetap memaknai dan menghargai rasa cinta terhadap lingkungan. Nah, kalau permasalahan gersangnya lingkungan dapat diatasi dengan jalan ini, tunggu apa lagi?q

Tidak ada komentar: